Aron Singuda-nguda Karo dan Langgei-langgei (Galeri Budaya Karo)

Budaya Karo dan Globalisasi
Foto ini diambil di Desa Serdang Kecamatan Barus Jahe, Karo Kenjulu.
Diperkirakan pada tahun 1960-1970-an.
                                       Depan: Aslin Br Barus (+), Norma Br Barus, Tina Br Sitepu(+), Lot Br Tarigan
Foto ini berada di depan Lesung desa yang juga berada di samping Losd Desa Serdang. Tampak para wanita muda ini mengenakan "uis nipes" yang "dikadangkan" di bahu sebelah kanan. Ciri khas singuda-nguda dalam acara-acara tradisional memang selalu memakai langgei-langgei. Apakah ini menjadi tradisi yang telah menjadi stock knowledge bagi wanita Karo saat ini? Kita sering melihat wanita (bahkan gadis juga) sering menggunakan kain apa saja untuk menjadi cabi-cabin mereka. Kain tersebut juga dapat difungsikan sebagai tudung. Hanya saja wanita Karo sekarang tidak menggunakan uis nipes (gatip) sebagai kain kadangen melainkan juga berupa pasmina yang juga seukuran kain uis nipes. Tampak juga di sebelah kanan foto tersebut wajah dari rumah adat Karo (Rumah Mbaru) yang terdiri dari 4 jabu (keluarga).
          Terakhir, saya mendapat informasi bahwa Moderamen GBKP mengeluarkan surat untuk merekomendasikan agar wanita Karo terutama kaum ibu atau Moria menggunakan langgei-langgei saat ibadah. Saya belum mendapat informasi resmi mengenai ini. Untuk pemudi belum ada rekomendasi yang berkaitan dengan benda budaya sebagai ciri khasnya (kecuali menggunakan kampuh saat PA). Namun, di Desa Serdang, tidak hanya GBKP yang menerapkan itu, kesepakatan beberapa gereja untuk merekomendasikan kepada kaum ibu agar memakai langgei-langgei saat ibadah, terutama pada perpulungen jabu-jabu. 
           Saya melihat sebuah gerakan baru dalam pembaharuan budaya (tribalisme) di tengah serangan globalisasi. Saya lebih melihat globalisasi sebagai munculnya sebuah tribalisme yang sangat kuat. Dalam artian setiap suku bangsa (tribe) dapat menyodorkan budaya mereka menjadi budaya dunia (global). Telah begitu banyak bangsa yang menyodorkan budaya mereka menjadi budaya dunia. Dunia kuliner Amerika Serikat dengan makanan cepat sajinya. Dunia musik juga demikian misalnya Korea dengan K-Pop dan sebagainya.
              Tribalisme harus ditanggapi tidak seperti jaman "primitive" dimana untuk mendapatkan posisi saling menghancurkan kelompok/tribe lain. Era globalisasi memberikan ruang persaingan yang begitu fair namun ketat untuk menjadi salah satu budaya dominan. Sebuah tribe harus menjadi budaya nasional lebih dahulu atau dengan kata lain harus mengalahkan budaya lain yang terdekat dengannya lebih dahulu. Bukan berarti ia harus menghancurkan namun harus memberikan "globalable" daripada budaya lain. Lalu kemudian menjadi budaya regioal dan menjadi budaya global. Namun, sebuah tribe dapat saja langsung melompat ke budaya global lansung tanpa melalui tahapan tersebut. Misalnya budaya persenjataan, teknologi perkapalan, pertanian dan sebagainya.
             Bagaimana dengan Karo? Apa yang dapat kita tawarkan dari Karo ke masyarakat dunia yang "globalabe"? Kulinernya kah? Pengobatan tradisionalnya kah? Atau masih banyak yang lainnya. Saya kira Suku Bangsa Karo harus melalui tahap-tahap menjadi budaya global terlebih dahulu mengingat begitu banyaknya suku di Indonesia yang akan menjadi pesaingnya. Namun bukan berarti tidak bisa langsung menjadi budaya global, hanya saja memerlukan kekhasan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dunia saat ini. Terlebih-lebih Suku Karo hanya menjadi korban dari globalisasi selama ini, maka tribalisme Karo harus dibangkitkan lagi agar tidak hanyut dan tenggelam dalam arus globalisasi.
               Setidaknya kita harus memberikan satu atau beberapa warisan nenek moyang Suku Karo menjadi budaya dunia. Karena peradaban Suku Karo sangat diperhitungkan dahulunya di Nusantara, maka tidak mungkin tidak memiliki sebuah budaya yang dapat dijadikan menjadi budaya dunia hanya saja masih begitu perlu digali secara mendalam. Juga perlunya "pengemasan" agar dapat diterima masyarakat dunia tentunya.

Kolektor Foto: Salmen Sembiring (sosiolog)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karo Berry (sebuah kenangan masa kecil)

Kerja Tahun Saat Ini

"Terites" secara sosiologis