Badu-badu Sembiring Kembaren
Oleh: Salmen Sembiring
Sosiology Of North Sumatra University
(Telah
dimuat dalam Tabloid Sora Sirulo Edisi Juli 2013)
Sembiring
Perbadu-badu adalah istilah di Karo Julu yang diberikan kepada Sembiring
Kembaren karena merga ini memiliki badu-badu. Badu-badu
adalah tempat roh nenek moyang bersemayam. Mereka menanam batang pisang kapok (galuh
sitabar) di ladang dikelilingi oleh berbagai jenis tanaman obat lainnya
sebagai tempat tinggal roh nenek moyang mereka. Tempat ini juga disebut badu-badu.
Sampai pada
tahun 1960an, badu-badu masih terawat utuh di Daerah Karo Julu (Karo
Bagian Timur). Namun, seiring perkembangan agama Kristen dan perkembangan
sarana dan prasarana kesehatan modern, badu-badu ini semakin sulit untuk
ditemukan.
Seperti halnya
di Desa Serdang (Kecamatan Barusjahe), misalnya, dari kelompok keturunan
Kembaren, saat ini tinggal 3 kelompok keturunan lagi yang masih memiliki badu-badu
di perladangan mereka. Sekalipun masih ada, bukan berarti ketiganya terawat
utuh, melainkan dibiarkan begitu saja dengan berbagai alasan. Tanaman obat di badu-badu
tersebut juga tidak selengkap yang diceritakan oleh para orang-orang tua.
Menurut hemat
saya, badu-badu perlu dipertahankan dan kalau boleh dikembangakan. Yang
saya maksud adalah aspek pengobatan dari badu-badu tersebut yang perlu
dikembangkan, bukan aspek religiusnya.
Michael R. Dove
dalam berbagai penelitiannya mengatakan, tradisi-tradisi di Indonesia terutama
pada teknologi pertanian, kesehatan dan sebagainya pada dasarnya tidak
bertentangan dengan konsep kemajuan. Sebagai contoh, di abad 21 ini, masyarakat
kita justru mulai lebih memilih yang “green”, yang “natural”, yang “organic”
dibanding buatan industri kimia.
Kita telah
mengejar apa yang sudah kita tinggalkan. Ketika kita bangga dapat berobat ke
luar negeri dengan teknologi yang amat kita kagumi, pemikiran yang bertolak
belakang datang dari negara maju yang notabene adalah pencetus teknologi
tersebut. Seperti misalnya pengobatan herbal China yang sangat diminati
kalangan Eropa. Demikian juga pengobatan dengan metode Yoga dan berbagai
pengobatan tradisional Asia lainnya.
Illustrasi: Seorang nenek tengah mengumpulkan ramuan obat
Mengapa kita
harus mengejar apa yang seharusnya kita tinggalkan? Salah satu jawabannya
adalah sikap eksosentrisme kita yang selalu menganggap orang luar selalu lebih
hebat yang dalam hal ini adalah teknologi kesehatannya. Sudah saatnya mengubah
kiblat pemikiran kita mengenai kesehatan. Pengobatan tradisional Karo tidak kalah
dengan teknologi modern. Hasil penelitian yang saya lakukan misalnya bahwa
dalam pengobatan kanker atau tumor seseorang tidak perlu melakukan operasi yang
sangat berisiko.
Badu-badu sebagai sentral obat herbal tradisional Karo sudah selayaknya dipertahankan
dan dikembangkan kembali. Salah satu Badu-badu yang sempat saya kunjungi hanya
berisikan beberapa jenis tanaman obat karena tidak dirawat; a.l. galuh
sitabar untuk pengobatan luka, kalinjuhang yang ternyata sebagai
bahan ramuan obat ginjal, besi-besi, sangke-sampilet dan beberapa
lainnya yang tidak lebih dari sepuluh jenis lagi.
Sumber: http://www.sorasirulo.com/berita/2013/07/28/badu-badu-sembiring-kembaren/
Komentar
Posting Komentar