Karo Berry (sebuah kenangan masa kecil)

Karo Berry

Setiap anak pasti punya masa kecil yang begitu berkesan. Seperti lirik lagu yang dibawakan oleh Plato Ginting yang mengisahkan masa kanak-kanaknya di pedesaan Karo Gugung. Ia lebih mengingat kepada permainan dan kenakalan masa anak-anak di kampungnya.
Saya tidak akan menuliskan tentang permainan masa kecil saya bersama puluhan anak lainnya. Melainkan menulis sebuah kebiasaan masa anak anak saya yakni mencari dan memakan buah Karo Berry. Mengapa saya namai demikian karena begitu banyak penamaannya di kalangan masyarakat Kar
o sendiri.
Karo Berry sering juga disebut "parang bosan" atau juga "arbei" sebagian lagi menyebutnya dengan "kopi kopi". Ketika matang warnanya merah mencolok. Dan rasanya manis dan bila warna merahnya agak pucat maka dapat dipastikan rasanya sedikit kecut. Batang tumbuhan liar ini memiliki duri sampai ke daunnya. Duri kecil tersebut tak pernah menghentikan niat anak anak untuk mendapatkan buahnya. Untuk mendapatkan buah yang baik kita kadang harus melewati duri.
Begitu mendapat buah ini tidak langsung dimakan. Melainkan dikumpulkan terlebih dahulu dalam satu helai "padang". Padang adalah rumput teki. Batangnya beruas. Berry tersebut kemudian ditusuk layaknya sate. Setelah beberapa tusukan penuh barulah berry tersebut dimakan bersama.
Hal ini bisa dilakukan anak-anak setiap hari sepulang sekolah.

Komentar

  1. teringet sanga kitik denga "perambusen", gundari enggo mesera ndaramisa. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Payo, tapi adi kuta kuta si lit denga kerangenna lit denga nge biasana Pak. Bujur.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerja Tahun Saat Ini

"Terites" secara sosiologis