Kuliner Karo: Cimpa Gulamei
Oleh Salmen Kembaren
Kuliner Karo yang satu ini mirip dengan bubur sumsum. Di sebagian kalangan Suku Karo, penganan yang satu ini disebut juga cimpa gawer-gawer. Gawer berarti aduk. Disebut cimpa gawer-gawer karena terus menerus diaduk (gawer) saat memasaknya. Jika berhenti mengaduknya, maka akan cepat mengeras dan bagian bawahnya dapat menjadi gosong setelah mengeras karena kering. Tentunya akan mengurangi kelembutan dan rasanya.
Kuliner Karo yang satu ini mirip dengan bubur sumsum. Di sebagian kalangan Suku Karo, penganan yang satu ini disebut juga cimpa gawer-gawer. Gawer berarti aduk. Disebut cimpa gawer-gawer karena terus menerus diaduk (gawer) saat memasaknya. Jika berhenti mengaduknya, maka akan cepat mengeras dan bagian bawahnya dapat menjadi gosong setelah mengeras karena kering. Tentunya akan mengurangi kelembutan dan rasanya.
Makanan tradisional Karo selalu berbahan
sederhana namun sering sekali unik sesuai dengan keadaan atau sumber
daya alam Karo. Bahan yang digunakan dalam membuat cimpa gulamei
adalah tepung ketan, santan, dan gula merah. Ketiganya adalah bahan
dasarnya. Ada juga yang menambahkan bawang merah, garam, bawang putih
dan juga pandan sebagai penambah cita rasa.Tepung ketan dapat juga
diganti menjadi tepung beras hanya saja akan lebih cepat mengeras bila
dalam keadaan dingin.
Cara memasaknya sederhana juga. Campurkan
tepung, gula dan santan kelapa dalam wajan. Atau jika ingin menanambah
cita rasa dapat menambah sedikit garam dan daun pandan. Masak dengan api
yang tidak terlalu besar. Selama dimasak harus diaduk terus sampai
matang.
Cimpa gulamei disajikan saat masih hangat. Cimpa gulamei dulunya sering dimasak saat tumbuk aron
( seusai mengerjakan lahan pertanian). Makanan ini juga menjadi makanan
wajib daalam upacara tradisional Karo yakni memberi makan ibu hamil (mbesur-mbesuri).
Rasanya manis dan kenyal. Rasa manisnya tidak cepat membuat enek atau bosan karena memakai pemanis gula merah.
Komentar
Posting Komentar