IMKA Kota Medan mengapresiasi Seni Budaya Karo



oleh Salmen Kembaren (Sosiolog) 

 Selama ini acara IMKA selalu diidentikkan dengan gendang guro-guro aron, ada yang berbeda dengan acara mahasiswa Karo di tahun 2015 ini. Kali ini beralih ke arah apresiasi seni dan budaya Karo. Acara yang dihadiri sekitar 1500-an orang ini diadakan pada 18 April 2015 lalu di Jambur Tamsaka Medan berlangsung dengan penuh antusiasime penonton.
Berbagai pementasan seni baik tari kreasi, ndikkar, tari tradisi, musik tradisional dan busana Karo klasik ditampilkan sebagai wujud penghargaan terhadap seni dan budaya Karo. IMKA Hukum dan FISIP USU misalnya menampilkan tari kreasi Karo modern. IMKA Unimed menampilkan tari peselukken. Sedangkan IMKA FIB USU melalui Grup Etno Siroga menampilkan musik instrumental. Sedang Karo Tracker Community mementaskan tari Perang Haru melawan Gajah Mada Majapahit.
Acara juga dibuka dengan pelantikan pengurus IMKA FISIP USU periode 2015 oleh Rosmiani Br Kembaren. Ia berharap agar IMKA semakin mengedepankan acara yang bermanfaat bagi pengembangan diri mahasiswa bukan hanya sekedar hiburan. Dosen FISIP USU dan beberapa tokoh juga hadir dalam acara tersebut seperti Robinson Kembaren, Rasudyn Ginting, Maja Purba, Ebeneser Karo-Karo, Eben Haezer Ginting dan lainnya. Bungaria Sembiring dalam pemasu-masunnya berharap agar mahasiswa Karo semakin gigih dalam belajar dan mengembangkan budaya Karo.
 Karo Tracker Community dalam Mementaskan Tari Perang Haru Vs Gadjah Mada
Acara pementasan seni budaya yang bertemakan Mela Mulih Adi La Rulih ini juga diselingi oleh penampilan artis-artis Karo seperti Averiana Br Barus, Ernawati Ginting dan artis Karo lainnya. Acara penghargaan seni budaya Karo ditutup dengan pementasan Ndikkar dari Lingga dan menari bersama. Eben Haezer Ginting, mewakili tokoh politik Karo merasa tersentuh dengan tema yang digadang IMKA tahun ini.  Ia menghimbau agar seluruh mahasiswa Karo agar memantangkan berpulang kalau belum berhasil.

Mahasiswa Karo Universtas Negeri Medan mementaskan tari peselukken


Orang tua mahasiswa juga banyak yang hadir dalam acara ini. Seorang orang tua mahasiswa dari Karo Gugung mengaku bangga melihat anaknya dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan tradisional seperti ini, karena ia sendiri sudah sangat jarang terlibat dalam kegiatan serupa. “La kuarap beluh bage anakku e landek maka tehndu” ujarnya bangga. Para orang tua yang hadir dalam kata sambutannya juga mengapresiasi acara dan menyatakan agar mahasiswa sebagai ujung tombak pengembangan budaya Karo agar lebih suka membuat kegiatad demikian daripada jatuh ke pergaulan yang bebas. Beberapa orang tua rela pulang pukul 04.00 pagi demi melihat anak-anak mereka melakonkan penghargaan seni budaya Karo.
Lebih lengkap dan dokumentasi baca Disini 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karo Berry (sebuah kenangan masa kecil)

Kerja Tahun Saat Ini

"Terites" secara sosiologis