Hilangnya Keragaman Pangan (Jagung) Pada Masyarakat Karo
Nama Makanan : Nakan Kapi
Oleh: Salmen S. Kembaren
Sosiolog
Bahan pangan:
1.
Jagung
2.
Beras
3.
Garam
4.
Air
5.
Jaba
Bahan utama dalam
pembuatan makanan ini adalah jagung, jagung mendominasi separuh dari seluruh
bahan sereal tersebut. Makanan ini sebagai makanan berat. Cara memasaknya
seperti memasak nasi biasa hanya saja dibubuhi sedikit garam. Disajikan bersama
lauk lainnya apabila ada seperti sayur (gulen) dan ikan asin.
Nakan Kapi (nasi
kapi) menurut penuturan informan bahwa nakan kapi dikonsumsi dibawah tahun
1960-an. Nasi kapi dikonsumsi pada musim paceklik atau masa-masa menunggu panen
tiba. Biasanya beras sebagai makanan pokok tidak pernah kekurangan untuk setiap
keluarga, namun tidak menutup juga kemungkinan gagal panen karena cuaca atau
hama sehingga masyarkaat lebih kreatif dalam menanggapinya dengan menanak
jagung dan jaba sebagai pengganti beras. Sejak 1960-an masyarakat tidak lagi
mengkonsumsi nakan kapi. Hal ini berkaitan dengan ditandainya era pupuk kimia
yang membuat produksi padi meningkat. Lebih dari itu distribusi beras semakin
merata ke pedesaan sehingga meskipun gagal panen terjadi stok beras masih
tersedia di warung-warung desa.
Setidaknya ada dua
jenis tanaman pangan dalam nakan kapi yang perlu diperhatikan yakni jagung dan
jaba. Hampir tidak ada lagi masyarakat Karo menjadikan kedua jenis tanaman ini
sebagai makanan mereka. Jagung memang masih diproduksi masyarakat Karo namun
bukan dikonsumsi melainkan hanya sebagai barang ekonomi. Hanya sesekali
masyarakat Karo mengkonsumsi jagung sebagai camilan. Orang Karo sering
menyebutnya sebagai jong belgang
(jagung rebus).
Jagung yang
digunakan sebagai bahan nakan kapi ini bukan satu jenis jagung saja. Setidaknya
ada beberapa jenis jagung yang digunakan antara lain,
1.
Jong Perik, karakteristiknya adalah pipil berukuran
kecil (diameter sekitar ½ cm), tongkol ukuran 10-15 cm, berwarna putih, lebih
lembut.
2.
Jong Gara, karakteristiknya berwarna merah
pekat, pipil ukuran ( ½ -1 cm), tongkol berukuran sekitar 20-30cm, keras dan
kasar.
3.
Jong Ntebu, karakteristiknya berwarna kuning
keemasan, rasa manis, pipil ukuran ( ½
-1 cm), tongkol berukuran sekitar 20-30cm, keras dan kasar.
Namun diperkirakan 2
– 3 jenis jagung yang biasa dimakan tidak ada lagi dibudidayakan masyarakat
karena tidak diminati lagi. Paling banyak sekarang warga menanam jenis jagung
adalah jenis Jong Ntebu, dan itu pun tidak banyak lagi. Misalnya di daerah
Kecamatan Tiga Binanga, hampir 90% masyarakat
menanam jagung hibrida (pioneer) yang diproduksi pabrikan. Maka dikhawatirkan
juga akan keberadaan ketiga jenis jagung ini mengingat tidak dapat bersaing
ketat di pasaran terutama jumlah prosuksi dan lama panennya.
Komentar
Posting Komentar