Puisi: Kutukan

Puisi: Kutukan



“Kutukan”

Terkutuklah orang yang membenci kemiskinan,
Tapi menyisakan harta untuk hari esok.
Terkutuklah orang yang mengepalkan tangan kirinya,
dan menegakkannya sebagai perlawanan,
tapi ia tetap berjalan pada jalan aspal pemerintah.
Terkutuklah orang yang mendukung revolusi,
Sedang ia masih memakai listrik olahan milik negaranya.
Terkutuklah orang yang berjubah, keningnya menghitam karena sujud
Jika masih banyak orang menderita di bumi.
Terkutuklah orang yang cinta damai,
Tapi benci perbedaan.
Terkutuklah orang ingin adil dan sejahtera,
Tapi ia masih mencari kekayaan.
Terkutuklah ibu yang melahirkan anak-anaknya
Tapi ingin hanya mencintainya.
Terkutuklah laki-laki yang mempunyai anak,
Tapi mengajarkan hanya yang mereka sukai.
Terkutuklah anak-anak yang punya orang tua,
Tapi mencintai karena aturan.
Terkutuklah orang yang idealis,
Tapi masih terima tanda terima kasih.
Terkutuklah pekerja keras yang ingin jaya
Tapi  ia menginginkan istirahat berlebih.
Terkutuklah pengusaha sukses,
Tapi karyawannya susah mencari beras.
Terkutuklah orang-orang yang membawa kabar,
Tapi isinya hanya kebohongan yang dikemas rapi.
Terkutuklah pemimpin yang berbangga hati,
Tapi anak-anak bangsanya masih membayar uang sekolah.
Terkutuklah orang-orang di bangsa yang besar ini,
Terkutuklah orang-orang di negara yang luas ini,
Jika semua masih menegakkan dagunya ke langit,
Dan meletakkan harapannya diatas penderitaan saudara lainnya.

 By Salmen Kembaren
Sosiolog
                                                             Writer
tengah malam pada "super moon" 11 Agustus 2014 (12.51 WIB)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karo Berry (sebuah kenangan masa kecil)

Kerja Tahun Saat Ini

"Terites" secara sosiologis